07 Jul
07Jul

Untuk kamu, yang menemaniku setahun ini.


15 Juli 2018. 

Hari itu, hari pertama kita resmi menjadi seorang "madanian". Datang ke asrama, di arahkan oleh mudabbir/ah, bertemu wajah - wajah baru, memiliki lingkungan baru, dan juga berpisah dengan orangtua untuk sementara. 

Keluhan kita di hari - hari pertama begitu banyak. Tentang homesick, tentang peraturan, dan yang lain. Ditambah tekanan mental dari penegak disiplin yang menjaga ketat waktu kita saat MPLS, rasanya hidup sengsara mati tak mau. 

Sedari awal kita sudah kehilangan anggota. Sebut saja Yohan. Dia tak sempat menikmati masa-masa MPLS yang penuh dengan cerita-cerita menggelikan. Rasanya, kita masih terlalu polos untuk disebut "anak SMA".


Lalu kita dikenalkan dengan SDC 'Ain Jalut, disitulah kita mulai mengenal seperti apa angkatan kita - juga sekolah baru kita. Berkenalan dengan teman-teman dari kelas sebelah, anak jurusan lain, bahkan kakak kelas yang menjadi penanggung jawab acara kita. Pertama kalinya kita belajar berorganisasi di lingkungan SMA. Saat dimana kita sadar tentang potensi seni kita.

Bulan demi bulan kita hiasi dengan berbagai acara demi mengobati homesick. Acara pertama kita - bakar sate bersama. Di depan gedung SMS, yang sekarang bukan kita lagi penghuninya. Entah apa yang terjadi, tapi di malam itu terlihat seperti tidak ada satupun dari kita yang bisa membakarnya dengan baik dan benar. Berbagai komentar pun bermunculan di kemudian hari. Memang benar, kalau tidak gosong, maka mentah. Hal itupun menjadi sesuatu yang menggelitik untuk dibahas, tak peduli kapanpun itu.

Kita sempat ber-euforia di minggu-minggu pertama merayakan pengukuran seragam baru kita. Kita sudah membayangkan bagaimana kerennya kita mengenakan seragam, dan menyimpan baju hitam putih dengan baik di dalam lemari, juga sepenuhnya menanggalkan baju putih biru kita. Sayang seribu sayang, semua ekspetasi kita hancur karena ukuran seragam yang tidak sesuai harapan. Terlalu besar. Terlalu longgar. Namun percayalah, semua itu demi menutupi aurat kita.


Hari demi hari berlanjut, membawa kita pada ajang wajib tahunan NKRI; Peringatan HUT RI. Momen dimana kita saling adu kompor skill memasak untuk yang pertama kalinya. Atmosfernya begitu cerah dan begitu menyenangkan. Hampir setiap dari kita sibuk memeriahkan ajang perlombaan yang diselanggarakan oleh OSIS sekbid muamalah ini. Ada yang berteriak, bersorak-sorai, atau hanya menonton dari kejauhan sambil tertawa memperhatikan apa yang terjadi. Tak sedikit pula dari kita yang duduk-duduk seperti sedang piknik menikmati cerahnya hari itu sembari bersenandung diiringi petikan senar gitarMungkin ini adalah momen terakhir bagi semua anak IPA 4, desas-desus peleburan kelas sudah tersebar.

Sebagai junior yang tak tahu apa-apa, kita disambut dengan baik oleh kakak kelas kita dalam acara Kemah Selamat Datang (KSD) yang bertempat di Bandulu. Disini lah kita diterima menjadi "tamu ambalan". Terdengar lucu memang, kita baru berstatus menjadi tamu. 3 hari 2 malam ini menjadi kemah pertama seumur hidup untuk sebagian dari kita, dan menjadi kemah kesekian kalinya untuk sebagian yang lain. Kita mulai mengenal lebih dalam bagaimana itu pramuka di jenjang SMA, dan belajar lebih bertanggung jawab lagi.

Solidaritas kita diuji dalam ajang yang satu ini. Bazaar. Kita memeriahkan salah satu acara kakak kelas kita, SCALLOP. Berkeliaran dengan menggunakan batik dan almamater sekolah yang sedari lama kita tunggu tunggu. Beberapa dari kita begitu antusias menyambut para peserta yang merupakan adik kelas pada saat SMP dulu. Sebagian dari kita sibuk dengan stand dan barang dagangan. Ada juga bagian dari kita yang haya lutang-lantung tidak jelas kesana kemari layaknya sedang mencari jati diri.


Tibalah pada hari dimana kita sudah mempersiapkannya selama 3 bulan terakhir. Hari besar kita, dimana kita sudah mencurahkan segala kemampuan kita hanya untuk beberapa menit pada hari ini. 27 Oktober 2018, hari dimana semua usaha kita akan terbayar. Hari ini, kita mengerahkan semua yang sudah kita latih pada SDC ‘Ain Jalut. Hujan deras yang sempat menghambat kita pada sore hari bukanlah suatu halangan besar meski kita harus merelakan band yang sudah berlatih keras. 

Kita tak perlu lagi kembali ke asrama pada tengah malam. Tak ada lagi kesibukan pada sore hari yang menguras tenaga. Semua jadwal padat kita hilang begitu saja, tak ada pengganti. 27 Oktober 2018 menjawab semua keluhan kita tentang latihan.

Desember 2018, kita harus berjuang melawan kawan kita sendiri. Dua minggu yang terasa berat bagi kita semua, bahkan mungkin tiga minggu. Minggu-minggu dimana kita mengerahkan seluruh kemampuan akademik kita dalam agenda ujian akhir semester. Untuk kali ini kita terpecah kembali, mementingkan diri sendiri untuk masa depan.


Kita pernah mengibarkan "bendera kebangsaan", berupa sebuah kain putih dengan coretan tinta huruf 'Z' di tengah lingkaran pada saat ajang lomba Madanian Olympic. Bersorak-sorai untuk menyemangati kawan kita yang sedang bertanding, meski terkadang kita lebih asik heboh sendiri dibanding memperhatikan jalannya pertandingan. Bahkan salah satu dari kita sukses menjadi supporter paling heboh, Yudha Adhi. Sayangnya, sekarang juga dia hanya tinggal kenangan untuk kita. Keputusan dari dirinya untuk berpisah dari kita tak mampu kita gugat. Selamat tinggal, kawan. Semoga kita tetap bisa saling berkomunikasi.

Tahun baru, semester baru. Tentu pengalaman baru pula. Kita berkenalan dengan kakak kelas kita dari angkatan Avergent, yang lulus saat kita masuk. Berbagai  pengalaman hidup dari mereka yang notabene-nya lebih lama dari kita, patut kita jadikan pelajaran berharga. Kita yang tidak mengenal siapa itu Avergent sebelumnya, mulai menjalin tali persaudaraan dibawah naungan madani.


Tampaknya sudah saatnya kakak kelas kita dari angkatan El-Fath mengucapkan selamat tinggal. Dengan bangga menggunakan jaket angkatan mereka dan meminta doa kepada kita semua supaya mampu mewujudkan mimpi untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang diidamkan. Padahal belum waktunya untuk perpisahan, tapi entah kenapa atmosfer yang dibangkitkan sungguh haru biru. Selamat alakh - ukhti, kalian sudah mampu bermetamorfosis dari anak SMA menjadi calon mahasiswa.

Mencari pengganti posisi untuk penghuni gedung SMS selanjutnya, sekolah mengadakan agenda rutin tahunan. PPDB. Berbagai persiapan kita lakukan demi menyambut calon adik kelas kita yang baru. Banyak dari kita yang bergumam "dulu juga kita kayak gini". Bisa dibilang, ini adalah ajang pamer kepada adik kelas masing-masing sembari menyemangati mereka untuk mampu melewati semua tes dan menjadi adik kelas kita lagi.

Melihat peluang di agenda PPDB, seksi bidang hubungan masyarakat baksos AUSHAF tidak tinggal diam. Begitu juga kita semua, saling bahu-membahu mencari dana demi kelancaran acara pertama kita. Kita patut berterimakasih kepada angkatan 15 kelak, sudah membantu kesuksesan acara kita.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Itulah yang dialami kakak kelas kita pada Bulan April tahun ini. Berbagai persembahan pun kita persiapkan demi membuat momen terakhir mereka indah. Selamat jalan, kak. Semoga semua yang kalian inginkan dapat tercapai membuahkan hasil yang memuaskan.


11 Mei 2019. 

End Game AUSHAF. Kerja keras selama 4 bulan yang kita perjuangkan sampai pada akhirnya. Terbayar dengan pantas, penuh dengan senyum puas. Beraktivitas di tengah Bulan Ramadhan tak menjadi alasan untuk berhenti. Ramainya warga, padatnya rundown, serta hujan ringan ikut andil dalam baksos kita. Namun percayalah, semua itu akan mengubah kita menjadi lebih dewasa.

Sehari, seminggu, sebulan, lalu setahun, semuanya kita jalani meski terkadang setengah hati, dan masih menghitung hari. Melihat kawan kita ada yang sudah mendahului kita meninggalkan Tanah Madani membuat kita tersenyum sinis. Terkadang kita berpikir, betapa enaknya hidup di luar sana. Tapi percayalah akan satu hal, hari-hari yang kita lalui di Tanah Madani ini kelak akan menjadikan kita seorang masyarakat yang berguna. Jatuh-bangun susah-senang bersama, mengubah kita dari pribadi egois menjadi pelajar kritis.

Tahun kedua kita akan segera dimulai. Berbagai kegiatan akan mulai memenuhi jadwal kita, memaksa kita untuk berusaha lebih keras dari tahun pertama. Seperti apa kita nantinya, dengan siapa kita akan bertemu, bagaimana masa depan kita dan sekolah ini akan menjadi tanggung jawab yang perlu dipertimbangkan. Salah langkah tentu bunuh diri, maka antisipasi dengan akal sehat.

“What’s important is how we spend a meaningful time now.” – LLLD [Fear, and Loathng in Las Vegas]

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.
I BUILT MY SITE FOR FREE USING